Assalamu'alaikum wr.wb. selamat siang dan salam sejahtera untuk rekan-rekan guru seluruh indonesia.....
mari simak informasi terbaru berikut ini tentang tanggapan plt ketum PB PGRI atas kasus pemukulan guru yang terjadi di makasar .....
Plt Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rasyidi mengatakan, kekerasan terhadap guru yang terjadi di SMKN 2 Makassar oleh orangtua bukan kesalahan guru. PGRI sebagai organisasi marah dan kecewa terhadap tindakan orangtua. Pasalnya guru tersebut bertujuan mengingatkan anak dengan baik tanpa ada kekerasan.
“Masalah bukan kesalahan guru, karena guru sedang mengajar. PGRI marah, sedih, dan kecewa. Karena itu kan guru dengan cara baik- baik mengingatkan anaknya. Intinya PGRI menyesalkan atas tindakan orangtua. Karena banyak masyarakat yang melecehkan profesi guru dan martabat guru,” kata Unifah saat dihubungi Suara Pembaruan, Kamis(11/8).
Untuk kasus tersebut, Unifah menuturkan, kasus tersebut telah dilaporkan kepada Polsek, untuk diselesaikan secara hukum dengan tujuan agar pelaku dapat dihukum sesuai dengan ketentuan. Pasalnya anak tersebut bersalah melaporkan ke orangtua hal yang tidak terjadi. Si murid mengaku dipukul oleh guru, padahal pada kenyataan tidak ada aksi pukul dari guru.
Unifah menyayangkan tindakan orangtua yang salah memahami perlindungan anak dalam Undang- Undang Perlindungan Anak, sehingga melakukan aksi atas nama kasih sayang di luar batas.
“Guru harus dihormati, kami mengimbau masyarakat menghormati guru agar tidak ada aksi brutal, seperti seorang anak memukul guru. Orangtua jika tidak percaya sama guru, dapat mendidik anak sendiri,” ujarnya.
Dijelaskan dia, ada tiga pusat dalam pendidikan yakni guru, orangtua, dan masyarakat. Maka segala sesuatu dibicarakan jangan main hakim sendiri, harus dibawa ke ranah hukum jika sudah terjadi.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan, kasus guru dianiaya orang tua murid di SMKN 2 Makassar harus menjadi perhatian khusus. Kasus tersebut menunjukan pemerintah telah gagal melindungi guru dari gangguan pihak luar.
“Seharusnya tidak ada ruangan untuk siapapun masuk ke dalam sekolah dalam keadaan emosi. Kejadian ini jika tidak bisa disikapi akan terus terjadi masih baik jika luka, tapi jika sudah mengancam jiwa itu keterlaluan, jika gedung keuangan negara di mana-mana mewah mengapa sekolah tak diamankan,” kata Ramli dalam siaran pers yang diterima SP, (11/8).
Dijelaskan Ramli, peristiwa tersebut memiluhkan di dunia pendidikan. Pasalnya Dasrul, guru yang dianiaya oleh murid kelas sebelas dan orangtuanya mengalami luka parah. Korban mengalami hidung patah dan berdarah.
Mendatang, Ramli mengharapkan, komunikasi antara orangtua murid dan sekolah jangan diwakilkan kepada orang lain.
“Setiap penerimaan siswa baru, hari pertama masuk sekolah dan penerimaan lapran hasil belajar. Kedua orangtua murid harus dihadirkan ke sekolah agar terjalin komunikasi antar guru dan orangtua. Para orang tua harus mengetahui 100 persen , apa dan bagiamana sesungguhnya anak mereka. Selain itu diperlukan perjanjian jelas antar kedua pihak , agar orangtua paham bagiamana mereka telah menyerahkan anak ke sekolah,” kata Ramli.
Selanjutnya dia menegaskan, hukuman terhadap pihak yang melakukan kekerasan terhadap dunia pendidikan harus ektraordinary, menyangkut bagian dari persiapan masa depan bangsa, maka jangan terlalu ringan.
Ramli menuturkan, untuk kasus ini, IGI akan terus mendampingi Pak Dasrul. Selain itu, IGI akan terlibat dan menjadi bagian dari proses mempersiapkan Undang- Undang atau Permendikud tentang perlindungan guru.
“Minggu lalu telah berkumpul dengan beberapa orang tua dam masih akan terus berlanjut. Semoga ke depan, guru terlindungi,” ujarnya.
Sumber : http://www.beritasatu.com/
Demikian informasi terbaru yang dapat saya berikan....
silahkan baca berita terbaru guru DISINI
0 Response to "KETUM PGRI PUSAT : orang tua tidak percaya guru , silahkan didik sendiri. setuju?"
Posting Komentar